Batam,Tintamediakepri.id. Siswa, guru, dan masyarakat sekitar sangat khawatir tentang pembangunan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di wilayah pemukiman yang sangat dekat dengan lingkungan sekolah. Keberadaan TPA ini dianggap mengancam kesehatan, kenyamanan belajar, dan kelangsungan citra sekolah yang bersih, teratur, dan asri yang telah ada sebelumnya.
TPA yang hanya berjarak beberapa puluh meter dari sekolah dianggap tidak strategis dan dapat menyebabkan masalah kesehatan. Siswa, guru, dan karyawan diyakini dapat mengalami masalah pernapasan karena bau menyengat yang berasal dari timbunan sampah. Selain itu, lalat, nyamuk, dan tikus yang berkembang biak di dekat TPA meningkatkan risiko demam berdarah, diare, dan penyakit kulit.
Gangguan ini dirasakan secara fisik dan memengaruhi proses belajar mengajar. Siswa mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi di dalam kelas karena kebisingan dari aktivitas pengelolaan sampah dan bau yang tidak sedap. Selain itu, guru mengatakan bahwa mereka menghadapi kesulitan untuk tetap fokus pada pembelajaran dalam keadaan seperti ini.
Siswa kelas tujuh menyatakan, “Kami merasa sangat terganggu. Belajar di kelas menjadi sulit karena bau yang masuk hampir setiap saat. Apalagi jika angin bertiup ke arah sekolah, situasinya semakin parah.”
Selain itu, ada tekanan psikologis yang dirasakan oleh siswa yang tinggal di sekolah. Lingkungan yang tidak sehat dapat menyebabkan rasa malu dan tidak nyaman, terutama ketika siswa, guru, atau karyawan sekolah harus memberi tahu orang tua dan tamu sekolah tentang situasi tersebut.
Salah satu masalah utama lainnya adalah kerusakan lingkungan. Risiko kesehatan warga sekolah akan meningkat jika air lindi dari TPA mencemari sumur dan aliran air tanah yang digunakan sekolah.
Selain itu, keberadaan TPA ini dianggap merusak reputasi sekolah di masyarakat. Tempat belajar yang tidak sehat dapat mengurangi minat siswa baru dan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap komitmen sekolah untuk menyediakan lingkungan belajar yang baik.
Komite sekolah telah mengirimkan surat keberatan resmi kepada lurah dan camat setempat. Mereka meminta pembangunan TPA dipindahkan ke lokasi yang lebih jauh dari lingkungan sekolah. Pihak terkait belum memberikan tanggapan atau tindakan konkret hingga saat ini.
Kami telah mengirimkan surat resmi yang menyatakan keberatan kami, tetapi tidak ada tanggapan. Seorang perwakilan komite sekolah menyatakan bahwa pembangunan TPA terus berlanjut tanpa mempertimbangkan efeknya pada sekolah.
Akibatnya, lingkungan sekolah yang dulunya rapi, bersih, dan asri sekarang tercemar oleh asap dan kondisi yang tidak nyaman.
Menanggapi hal tersebut, Kepala sekolah Bu Anita Sukma M.Pd yang ditemui menyampaikan bahwa Komite sekolah SMA Negeri 24 telah melakukan upaya protes dan juga menyurati Lurah dan Camat untuk meminta agar pembangunan TPA tidak dilakukan di dekat lingkungan sekolah. Rabu (4/12/2024).
Akibatnya sekolah yang sudah tertata rapi, bersih, dan asri menjadi tercemar akibat bau tidak sedap yang mengganggu kenyamanan siswa disekolah.
Longsoran sampah atau kebakaran sampah tentunya sangat membahayakan keselamatan para siswa/wi sekolah dan juga para guru.
Apalagi saat ini musim hujan, bau busuk dari tumpukan sampah menimbulkan ratusan lalat berpotensi menimbulkan berbagai masalah kesehatan,”tutupnya.
sementara itu tempaTerpisah, Lurah tanjung Riau Kecamatan Sekupang Syamsuddin yang dikonfirmasi Via handphone seluler dan aplikasi pesan WhatsApp memilih bungkam dan tidak menjawab..
Masyarakat dan sekolah berharap kpemerintah segera mengambil tindakan tegas untuk memindahkan TPA ke lokasi yang lebih jauh dari kawasan pendidikan. Mereka menegaskan bahwa menjaga kesehatan, kenyamanan, dan keselamatan siswa sangat penting. Setiap anak berhak atas pendidikan dan lingkungan yang sehat. Salah satu guru senior di sekolah tersebut menyatakan bahwa masalah ini tidak hanya berkaitan dengan sekolah tetapi juga dengan masa depan generasi muda..
hingga berita ini diterbitkan media ni masih berusaha untuk konfirmasi ke pihak camatan….. bersambung….